POMADE
Perkembangan
jaman melingkupi segala macam aspek di dalam kehidupan manusia. Mulai dari hal
yang primer hingga hal-hal tersier pun tak lepas dari pengaruh kemajuan
teknologi dan asimilasi dari pertukaran kultur masyarakat dunia. Pertukaran
nilai kultur yang disebabkan oleh globalisasi turut andil dalam trend di tengah masyarakat, mulai dari
jenis makanan, bentuk bangunan, bahkan merambah hingga gaya hidup masyarakat
Indonesia. Globalisasi pun tidak hanya membawa pertukaran nilai kultur tetapi
juga masuknya produk-produk luar negeri ke Indonesia. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya perilaku baru di masyarakat yang akhir-akhir ini sedang hangat
diperbincangkan. Salah satu hal tersebut adalah Pomade.
Pomade
adalah salah satu varian dari minyak rambut. Varian minyak rambut meliputi
minyak, gel, pomade, dan krim. Keempat hal tersebut adalah produk yang berbeda
dan penggunaannya juga berbeda. Meskipun memiliki fungsi yang sama – untuk
mengatur penataan rambut – namun cara penggunaan dan faktor penggunaannya pun
berbeda. Pomade, dalam kategori ini, adalah varian produk yang tingkat
penggunanya sedang meningkat dalam waktu
beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena varian produk pomade
adalah varian yang dianggap paling versatile
dalam mengatur penataan rambut. Produk pomade sendiri diperuntukan bagi kaum
adam dan diklasifikasikan sebagai salah satu produk ketampanan pria. Pomade
sudah ada sejak tahun 1900an di luar negeri, namun baru viral di Indonesia beberapa tahun terakhir. Pomade berbahan dasar
minyak kelapa, lanolin, wax, dan parfum. Pomade membuat rambut tampak
mengkilap, licin, rapi, lebat, dan tampak basah dan khas untuk gaya rambut rapi
dan tersisir.
Kata
pomade sendiri berasal dari bahasa Perancis Pommade
yang bila dirujuk kembali berasal dari bahasa Latin Pomum yang berarti apel. Nama tersebut digunakan karena pada jaman
dahulu salah satu bahan dasar dari pomade adalah apel yang sudah ditumbuk halus
untuk menciptakan wangi buah-buahan. Namun, dewasa ini pomade sudah menggunakan
bahan parfum dan tidak selalu wangi buah-buahan. Wangi pomade tersebut juga
menjadi salah satu faktor mengapa kaum pria kerap menggunakannya.
Tidak
seperti gel dan hairspray, pomade
tidak bisa kering dan tahan lebih lama. Pomade bersifat berminyak dan lunak
sehingga bisa bertahan meskipun terkena air atau dibilas hanya dengan air.
Namun, pomade sangat mudah dihilangkan dengan bahan pembilas kuat seperti sampo
dan sabun cuci piring meskipun di jaman modern ini sudah ada wax khusus
pembilas pomade yang sangat praktis. Karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi
untuk membersihkan pomade, produk pomade jaman sekarang lebih cenderung
memproduksi water-based pomade dengan
lebih sedikit kandungan lilin. Produk water-based
akan lebih mudah dibersihkan/dibilas tetapi tidak memberikan tingkat
fleksibilitas dan kekuatan cengkram yang kuat seperti oil-based pomade.
Seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya ada dua jenis pomade yang
beredar. Yang pertama adalah water-based
pomade dan yang kedua adalah petroleum-based
pomade atau yang lebih sering disebut oil-based
pomade. Kedua jenis ini memiliki karateristik yang berbeda dan keduanya
sama-sama dibutuhkan dalam situasi dan kondisi tertentu. Berikut adalah
perbedaan water-based dan oil-based pomade:
Water-based
pomade
|
Oil-based
pomade
|
Bahan dasar air
|
Bahan
dasar minyak
|
Mudah dibilas
|
Sulit dibilas
|
Fleksibilitas rendah
|
Fleksibilitas
tinggi
|
Daya cengkram lemah (light hold)
|
Daya cengkram kuat
(strong/firm hold)
|
Tabel 1.1 Perbedaan jenis pomade
Water-based
pomade sangat cocok digunakan oleh orang yang aktifitasnya
di dalam ruangan, terutama di ruangan yang dilengkapi dengan pendingin ruangan.
Hal itu disebabkan karena sifat alami dari water-based
pomade yang tidak terlalu kuat daya cengkramnya akan dibantu dengan suasana
dingin yang menambahkan daya cengkram pada pomade. Sedangkan oil-based pomade sangat cocok digunakan
oleh orang lapangan atau orang yang sering berada di luar ruangan. Cuaca yang
tidak dapat diprediksi di alam akan sangat mempengaruhi pomade itu sendiri,
apabila terlalu terik maka akan mengurangi daya cengkram dan apabila terlalu
dingin akan menyebabkan rambut menjadi terlalu kaku.
Banyak hal yang harus
diperhatikan sebelum menggunakan pomade. Hal tersebut akan sangat berpengaruh
kepada kondisi rambut dan kulit kepada dan akan menentukan penampilan seseorang
apakah akan semakin baik atau malah semakin buruk. Contohnya, orang yg memiliki
kulit berminyak tidak disarankan menggunakan pomade yang bersifat berminyak
karena akan menyebabkan kelebihan minyak di kulit kepada yang akan memperbanyak
ketombe dan membuat rambut lebih mudah rontok. Hal-hal yang harus diperhatikan
tersebut dapat dikategorikan seperti berikut:
1. Scent/Wangi
Bau yang ada pada pomade, biasanya
terbuat dari bahan dasar parfum(pomade modern) atau juga dapat ditemui bahan
dasar tumbukan halus dari buah-buahan(pomade konvesional).
2. Texture/Tekstur
Kasar atau halusnya pomade setelah
diratakan di tangan. Walaupun tidak ada patokan yang tepat untuk baik tidaknya
tekstur pomade, namun semua kembali kepada selera pengguna. Tekstur pomade
modern cenderung halus karena berpengaruh kepada aplikasi di rambut (memudahkan
aplikasi dan penataan rambut).
Berdasarkan beberapa
hal yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa pomade merupakan produk minyak rambut yang fungsi utamanya adalah untuk
mengatur penataan rambut. Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan teknologi
yang semakin canggih, kini pomade memiliki lebih dari satu fungsi antara lain
membuat rambut tampak basah alami dan memberikan wangi-wangi tertentu kepada
rambut. Sehingga akan menambah ketertarikan bagi pengguna pomade itu sendiri.
Referensi:
Anonim. 2015. Pomades,
Clay, & Waxes. dalam www.the-pomp-official.com. diakses pada Kamis, 26
Mei 2016
Anonim. 2015. Pomades,
Gels, Waxes: What’s the Difference?. dalam www.pomades.com. diakses pada
Kamis, 26 Mei 2016
Rapat Tersesat
Yang punya kuota banyak bisa ditonton lah ini...
Sumber : Fluxcup
Data dan Variabel
Statistik merupakan bentuk
disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan data-data. Statistik identik
dengan data yang diperoleh dari lapangan. Segala data yang diperoleh diolah dan
dianalisis untuk menjadi suatu informasi yang berguna bagi suatu bahan
perencanaan jika dikaitkan dengan bidang perencanaan. Data adalah segala fakta
dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharsimi
Arikunto, 2002). Data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan
skala pengukuran. Berdasarkan sifat, data dibagi menjadi data kuantitatif dan
kualitatif. Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi data primer dan data
sekunder. Berdasarkan skala pengukurannya, data dibagi menjadi data nominal,
data ordinal, data interval dan data rasio.
Data berkaitan dengan variabel.
Pada umumnya, variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Jadi, dapat dikatakan bahwa data berasal dari variabel – variabel
yang diukur dan dan diobservasi. Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan
skala pengukuran yang nantinya akan berkaitan dengan data. Berdasarkan skala pengukurannya
dibagi menjadi variabel nominal, ordinal, interval, dan rasio yang akan
menghasilkan tipe data yang sesuai dengan skala pengukuran yang ada pada
variabel tersebut.
Data yang diperoleh dari hasil
observasi dapat disajikan dalam berbagai macam bentuk. Salah satu bentuk
penyajian data adalah tabel distribusi frekuensi. Tabel frekuensi dibuat untuk
menyajikan data yang banyak dalam bentuk yang jelas dan baik. Ada empat jenis
tabel frekuensi, yaitu tabel frekuensi data tunggal, tabel frekuensi data kelompok,
tabel frekuensi kumulatif, dan tabel frekuensi relative atau persentase.
Bentuk penyajian data yang lain
selain daripada tabel distribusi adalah dalam bentuk grafik. Grafik adalah suatu
objek visualisasi dari data berbentuk tabel yang disajikan dalam bentuk gambar.
Grafik memiliki kombinasi dari angka, huruf, simbol, dan gambar yang dilukiskan
untuk memberikan suatu konsep penyampaian informasi data. Grafik dibagi menjadi
empat jenis, yaitu histogram, poligon frekuensi, diagram lingkar (pie chart),
dan ogive.
Histogram
adalah penyajian distribusi frekuensi menggunakan gambar yang berbentuk batang
tegak. Grafik ini memiliki sumbu X dan sumbu Y, biasanya sumbu X adalah nilai kelompok
data dan sumbu Y adalah frekuensi data. Histogram tidak memiliki gaps (jarak) antar batang, ini
menunjukan bahwa histogram biasanya adalah visualisasi dari jajaran dari
berbagai kelompok angka. Di atas adalah contoh dari histogram.
Selanjutnya
adalah poligon frekuensi. Poligon frekuensi adalah cara lain dari penyajian
data dalam bentuk lain, histogram berbentuk diagram batang tegak, sedangkan
poligon frekuensi berbentuk garis yang merepresentasikan antar frekuensi.
Poligon frekuensi biasanya merupakan garis-garis kaku yang menghubungkan antara
satu frekuensi dengan frekuensi yang lain. Di atasadalah contoh dari poligon
frekuensi.
Berikutnya
adalah diagram lingkaran dan ogive. Diagram lingkaran adalah jenis penyajian
data yang berbentuk lingkaran dan seperti pie. Diagram ini memiliki 360 derajat
yang pembagian datanya menggunakan persentase yang akan dihubungkan dengan
jumlah derajat yang ada untuk merepresentasikan data tersebut. Berikut adalah
contoh diagram lingkar. Berikutnya adalah ogive.
Ogive disusun dari tabel distribusi frekuensi
kumulatif. Ogive mirip dengan
poligon frekuensi, hanya saja ogive adalah garis yang lebih
melengkung seperti kurva dan landai. Ada dua jenis ogive yaitu ogive positif
dan ogive negatif.
Untuk data yang disusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari, grafiknya berupa ogive
positif, sedangkan untuk data yang disusun dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi kumulatif lebih dari, grafiknya berupa ogive
negatif. Berikut adalah contoh ogive positif dan negatif.
Sumber:
Hidayat, Anwar. Tanpa tahun. Pengertian Data & Variabel Penelitian.
dalam www.statistikian.com. diakses pada Jumat, 19 Februari 2016.
Ubay. 2015. Grafik dan
Jenis-Jenisnya. dalam www.seputarpendidikan.com. diakses pada Sabtu, 20
Februari 2016.
Ruang Lingkup Ilmu Statistik
Ilmu Statistik adalah kumpulan data dalam bentuk angka
maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram
yang menggambarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu. Tujuan dari
statistic adalah untuk menjawab permasalahan dan membuktikan sesuatu yang belum
terbukti kebenarannya. Fungsi yang dilakukan statistic adalah meringkas data
sehingga data tersebut menghasilkan informasi yang mudah dimengerti.
Ruang lingkup statistik dibagi menjadi dua menurut cara
pengolahan datanya, yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial
(induktif). Lalu dibagi pula menurut bentuk parameternya menjadi Statistik
Parametrik dan Statistik Non-Parametrik. Bentuk parameter statistic ini
merupakan bagian dari Statistik Induktif.
Statistik deskriptif adalah fase statistic di mana hanya
berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa membuat atau
menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Statistik
Inferensial atau induksi adalah fase statistic yang berhubungan dengan
kondisi-kondisi dimana kesimpulan tentang karateristik populasi atau kelompok
tersebut diambil apa adanya. Dari statistik induktif ini dibagi menurut bentuk
parameternya menjadi statistik parametric dan non-parametrik. Statistic
parametric adalah statistika untuk
menganalisa data yang diambil dari populasi berdistribusi normal. Statistic
parametric digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti mengenai
sekelompok data yang menjadi sumber sampel. Adapun statistik non-parametrik
adalah statistic untuk menganalisa data dari populasi yang bebas berdistribusi.
Statistik non-parametrik dipakai apabila peneliti tidak mengetahui karateristik
kelompok item yang menjadi sumber
sampelnya.
Manfaat ilmu statistic untuk
perencanaan wilayah dan kota adalah sebagai suatu alat bantu
pengumpulan data, penilaian terhadap suatu data atau informasi, dan analisanya
dapat menjadi dasar untuk rencana di masa yang akan datang. Ilmu statistic
diperlukan dalam pembuktian data yang ada di lapangan dan menjadi informasi
akurat untuk proses perencanaan di masa
depan.
Manfaat dan Fungsi Statistika dalam Bidang PWK
Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam
Husaini Usman (2008:60) adalah proses mempersiapkan kegiatan2 secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan wilayah dan
kota sendiri adalah suatu perencanaan yang dikhususkan untuk suatu wilayah atau
regional dan perkotaan. Dalam implementasi dari ilmu perencanaan wilayah dan
kota juga ditunjang oleh ilmu-ilmu lain yang salah satunya adalah ilmu
statistika. Statistik memiliki keterkaitan dengan ilmu perencanaan wilayah dan
kota.
Statistik berbeda dengan Statistika. Statistik adalah
kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam table dan atau
diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan (Sudjara, 1996).
Adapun Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan (Sudjara,1996).
Dasar teori dari ilmu statistik adalah probabilitas, matematika, dan spasial.
Demi perencanaan pembangunan yang strategis dan tepat
sasaran, maka dibutuhkan kemampuan seorang perencana untuk menentukan skala
prioritas di masa yang akan datang. Oleh karena itu, maka statistika berfungsi
sebagai alat bantu bagi perencana untuk memprediksi segala perubahan-perubahan
di masa depan. Keterkaitan statistik dalam bidang PWK berkaitan dengan
pengolahan data agar menjadi informasi akurat yang dapat dianalisis lebih mudah
untuk kepentingan di masa mendatang. Dengan menggunakan ilmu statistik akan
dapat dianalisis mengenai jumlah penduduk, hubungannya dengan kebutuhan dan
persediaan pangan, hubungan dengan konsep spasial dan tata ruang, sampai kepada
kebutuhan infrastruktur yang ada pada suatu wilayah tertentu.
Ilmu statistika dalam bidang perencanaan wilayah dan
kota bermanfaat sebagai suatu alat bantu pengumpulan data, penilaian terhadap
suatu data atau informasi, dan analisanya dapat menjadi dasar untuk rencana di
masa yang akan datang. Dalam tujuan mendapatkan suatu hasil perencanaan yang
sesuai, maka bahan-bahan yang berupa informasi yang ada pada saat ini sangat
dibutuhkan dan salah satu cara memperolehnya adalah menggunakan statistika.
Oleh karena itu, ilmu statistik erat kaitannya dengan bidang PWK.
Sumber :
Usman, Husaini. 2011. Manajemen : teori, praktik, dan
riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Pemukiman di Lokasi Castellfolit de La Roca, Spanyol
KOMENTAR :
Pemukiman ini bernama Castellfolit de la Roca dan berlokasi di Spanyol.
Pemukiman ini dikelilingi oleh pertemuan
antara sungai Fluvia dan Toronell. Lokasi pemukiman ini bersebelahan dengan tebing
basal dengan tinggi 50 meter
dan memiliki panjang hinggal
1 kilometer.
Posisi pemukiman ini
sangat tidak aman karena tepat bersebelahan dengan
tebing
dengan tinggi 50 meter karena tebing tersebut sewaktu-waktu dapat longsor dan menyebabkan kerusakan yang sangat parah bagi pemukiman tersebut.
Lokasi ini
juga sangat rawan bagi
para
penduduk di pemukiman tersebut karena harus sangat
berhati-hati dalam beraktifitas
agar
tidak terpeleset dan jatuh ke
bawah tebing.
Menurut saya, seharusnya
pihak pemerintah Spanyol
merelokasi pemukiman ini ke tempat yang
lebih aman. Bisa dicari tempat yang lebih datar dan tidak
dekat dengan tebing untuk
menghindari longsoran terjadi. Solusi yang lain adalah
warga
di pemukiman tersebut membuat sarana dan prasarana infrastruktur yang memadahi
untuk dapat menunjang aktifitas
mereka sehari-hari seperti jalan yang di pagari dan penyangga
bagi tebing itu
sendiri.
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra
Penginderaan jauh atau biasa disebut inderaja didefinisikan
sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak
fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006).
Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang
terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara
perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses,
menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial
tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan
bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral dan
temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Variasi
spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi yang saling
melengkapi. Sebaran bentukan garis lurus yang membentuk jalur-jalur memberikan
informasi terdapatnya suatu aktifitas dilokasi tersebut. Bentukan-bentukan
teratur yang menyerupai rumah menambah informasi bahwa lokasi tersebut juga
menjadi tempat tinggal. Dua informasi tersebut berasal dari adanya variasi
spasial obyek pada citra. Warna merah kecoklatan memperjelas pembedaan kumpulan
obyek rumah dengan lokasi lahan bertutupan vegetasi yang berwarna hijau.
Tambahan informasi ini berasal dari adanya variasi spektral yang dapat secara
detil menambah akurasi identifikasi obyek. Perubahan jumlah obyek pada satu
lokasi yang terdapat pada dua atau lebih citra akan memberikan informasi
tentang pertumbuhan fenomena di lokasi tersebut. Informasi pada suatu lokasi
yang sama dari dua citra yang berbeda waktu perekamannya memberikan informasi
multi temporal. Informasi multi temporal ini sangat bermanfaat dalam
menganalisis perubahan fenomena yang terjadi pada rentang waktu tertentu di
lokasi tersebut.
Perjalanan energi dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut :
Perjalanan energi
tersebut membawa informasi dari muka bumi pada data citra yang siap digunakan
untuk berbagai keperluan. Secara singkat beberapa subsistem penting dalam
penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan
dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang dipancarkan.
2. Radiasi dan atmosfer, Sebagai perjalanan energi dari
sumber ke target.
3. Interaksi energi dengan Target
4. Perekaman energi oleh sensor
5. Transmisi energi dari sumber ke sensor
6. Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7. Aplikasi
Satelit penginderaan jauh
sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang
menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan
spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang gelombang
elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang
pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah,
gelombang tampak, dan gelombang ultra violet (Elachi, 2006).
Penginderaan jauh
berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang
yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit
yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya
saat ini, dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat
fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan
(Lang,2008).
Pada dasarnya teknologi
pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi satelit adalah suatu
teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari
dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan
bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai
pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman
dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui
media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya
potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital.
Data penginderaan jauh adalah berupa citra.
Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra
satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi
oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi
setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra
merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan
data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh
informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak
informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam
proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut
:
- Target
dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
- Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam
perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya
banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini
penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan,
ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010;
Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).
Metode
Penginderaan Jauh
Metode
penelitian atau metodologi suatu studi adalah design menyeluruh untuk
meyelesaikan masalah penelitian. Di samping metode penelitian ada teknik
penelitian, yaitu alat khusus untuk melaksanakan metode, dapat pula diartikan
sebagai cara melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Pada analisis penginderaan
jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan teknik
analisis fotomorfik. Metode Penginderaan jauh meliputi tujuh tahap :
1. Perumusan masalah dan tujuan.
Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan landasan bagi
perumusantujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut terkadang
permasalahanyang terjadi dirumuskan sebagai sesuatu yang ingin dicapai
dikurangi dengan apayang telah ada.
2. Evaluasi kemampuan. Penilaian
terhadap kemampuan menyangkut kemampuan pelaksana, tim, alat dan perlengkapan,
dana, waktu. Antara tujuan dan kamampuan harus sesuai.
3. Pemilihan prosedur untuk memilih
cara kerja yang baik perlu diketahui tentang permasalahan yang adaserta tujuan
dan kemampuan yang tersedia. Untuk itu dapat kita gunakan teknik
penginderaan jauh untuk memeperkecil biaya dan waktu pelaksanaan.
4. Persiapan
a. Menyiapkan data acuan (data yang
diperlukan dalam interpretasi citra tetapi bukan berasal dari citra
penginderaan jauh > monografi daerah, laporan penelitian, makalah, buku dan
peta).
b. Menyiapkan data penginderaan jauh
(data hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan > citra foto,
nonfoto atau data numerik harus disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan).Contoh
: data berupa citra, maka metode yang dipakai adalah analisis visual/ manual,
untuk data numerik metode analisisnya adalah analisis digital dengan
menggunakankomputer. Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan
data penginderaan jauh :
·
pembuatan
peta indeks > menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomernya.
·
penentuan
orientasi.
·
penghitungan
skala.
·
penyusunan
dalam simpanan.
c. Menyiapkan mozaik >
serangkaian foto daerah tertentu yang bertampalan disusun menjadi satu lembar
foto. Manfaat mozaik : memperoleh gambaran umum atas daerah penelitian sebelum
dilakukan interpretasi citra secara rinci, menempatkan titik-titik kontrol
tepi, merencanakan jalur lintas dan menyediakan peta bagi daerah yang belum ada
petanya.
d. Orientasi medan (bila
mungkin).Dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan/ obyek yang
diinterpretasi sulit dikenali pada foto.
5. Interpretasi data (uji lapangan
dan interpretasi ulang).
a. Interpretasi Secara Digital >
dasarnya berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya.
b. Interpretasi Secara Visual
i.
Vink
(1965 )
Deteksi > identifikasi dan
pengenalan > analisis > deduksi > klasifikasi > idealisasi
ii.
Lo
(1976)
Deteksi > merumuskan identitas
obyek dan elemen > mencari arti melalui proses analisis dan deduksi >
klasifikasi > teorisasi
iii.
Roscoe(1960)
Interpretasi awal > pembuatan
peta kerja > pekerjaan medan > tinjauan kembali atas masalah dan
metode > interpretasi akhir > kesimpulan dan uji medan > penyajian
hasil.
iv.
Umali(1983)
Analisis citra > interpretasi
citra > interpretasi disipliner terinci
v.
Estes
et al
Analisis citra > cara manual
dan digital > analisis > teknik dan data bantu > unsure
6. Penyajian laporan
a. Penelitian murni > analisisnya
pada bidang penginderaan jauh
·
Mengkaji
korelasi spektral data tunggal (data digital maupun visual) > korelasi sifat
spektral tanah dan ujudnya pada citra
·
Mengkaji
korelasi spektral pada data multispektral (foto multispektral, citra
multispektral/ data digital) > penyajian laporan tidak harus berupa peta
b. Penelitian terapan >
penginderaan jauh membantu dalam perolehan data dan analisis spasialnya.
Misalnya untuk pertanian, geologi.
7. Uji ketelitian. Uji ketelitian
sangan penting untuk dilaksanakan. Ketelitian data hasil interpretasi sangat
penting untuk diketahui sebelum dilakukan analisa terhadap data tersebut. Salah
satu cara yang digunakan untuk uji ketelitian dalam analisis digital data
penginderaan jauh adalah dengan menggunakan komputer, cara lain yang dapat pula
digunakan pada analisis manual atau visual data penginderaan jauh yaitu dengan
mengubah pixel menjadi grid / petak-petak bujur sangkar atau menjadi luas bagi
masing-masing kelas hasil interpretasi.
Interpretasi
Citra
Interpretasi citra adalah
tindakan mengkaji foto dan atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan
gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut (estes, 1975 dan
Sutarto, 1979). Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan
berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu :
·
Deteksi
·
Identifikasi
·
Analisis
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat
diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam :
geografi, geologi, lingkungan hidup, dsb. Pada dasarnya kegiatan interpretasi
citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses
deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi
secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi
data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik
objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur
interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs,
asosiasi dan konvergensi bukti.
Interpretasi secara digital adalah evaluasi
kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar
interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai
spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian
citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara
otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan
mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan
pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial)
tertentu.
Sumber :
Adosi, J.J., 2007,Seasonal Variation
of Carbon Dioxide, Rainfall, NDVI, and it’s Association to Land Degradation,Climate
and Land Degradation. Springer: Heidelberg
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo: Jakarta
Rees. 2001. Physical
Principles of Remote Sensing. Second Edition, Cambidge
University Press: Cambridge
Langganan:
Postingan (Atom)