Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

5/17/2016 07:36:00 AM
Penginderaan jauh atau biasa disebut inderaja didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Variasi spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi yang saling melengkapi. Sebaran bentukan garis lurus yang membentuk jalur-jalur memberikan informasi terdapatnya suatu aktifitas dilokasi tersebut. Bentukan-bentukan teratur yang menyerupai rumah menambah informasi bahwa lokasi tersebut juga menjadi tempat tinggal. Dua informasi tersebut berasal dari adanya variasi spasial obyek pada citra. Warna merah kecoklatan memperjelas pembedaan kumpulan obyek rumah dengan lokasi lahan bertutupan vegetasi yang berwarna hijau. Tambahan informasi ini berasal dari adanya variasi spektral yang dapat secara detil menambah akurasi identifikasi obyek. Perubahan jumlah obyek pada satu lokasi yang terdapat pada dua atau lebih citra akan memberikan informasi tentang pertumbuhan fenomena di lokasi tersebut. Informasi pada suatu lokasi yang sama dari dua citra yang berbeda waktu perekamannya memberikan informasi multi temporal. Informasi multi temporal ini sangat bermanfaat dalam menganalisis perubahan fenomena yang terjadi pada rentang waktu tertentu di lokasi tersebut.

Perjalanan energi dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut :

Perjalanan energi tersebut membawa informasi dari muka bumi pada data citra yang siap digunakan untuk berbagai keperluan. Secara singkat beberapa subsistem penting dalam penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai berikut :
1.    Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang dipancarkan.
2.    Radiasi dan atmosfer, Sebagai perjalanan energi dari sumber ke target.
3.    Interaksi energi dengan Target
4.    Perekaman energi oleh sensor
5.    Transmisi energi dari sumber ke sensor
6.    Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7.    Aplikasi
Satelit penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet (Elachi, 2006).
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan (Lang,2008).
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital.
Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut :
-                   Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
-                   Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010; Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).

Metode Penginderaan Jauh

Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah design menyeluruh untuk meyelesaikan masalah penelitian. Di samping metode penelitian ada teknik  penelitian, yaitu alat khusus untuk melaksanakan metode, dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Pada analisis penginderaan  jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan teknik analisis fotomorfik. Metode Penginderaan jauh meliputi tujuh tahap :
1.      Perumusan masalah dan tujuan. Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan landasan bagi perumusantujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut terkadang permasalahanyang terjadi dirumuskan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dikurangi dengan apayang telah ada.
2.      Evaluasi kemampuan. Penilaian terhadap kemampuan menyangkut kemampuan pelaksana, tim, alat dan perlengkapan, dana, waktu. Antara tujuan dan kamampuan harus sesuai.
3.      Pemilihan prosedur untuk memilih cara kerja yang baik perlu diketahui tentang permasalahan yang adaserta tujuan dan kemampuan yang tersedia. Untuk itu dapat kita gunakan teknik  penginderaan jauh untuk memeperkecil biaya dan waktu pelaksanaan.
4.      Persiapan
a.       Menyiapkan data acuan (data yang diperlukan dalam interpretasi citra tetapi bukan berasal dari citra penginderaan jauh > monografi daerah, laporan penelitian, makalah, buku dan peta).
b.      Menyiapkan data penginderaan jauh (data hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan > citra foto, nonfoto atau data numerik harus disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan).Contoh : data berupa citra, maka metode yang dipakai adalah analisis visual/ manual, untuk data numerik metode analisisnya adalah analisis digital dengan menggunakankomputer. Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan data penginderaan jauh :
·         pembuatan peta indeks > menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomernya.
·         penentuan orientasi.
·         penghitungan skala.
·         penyusunan dalam simpanan.
c.       Menyiapkan mozaik > serangkaian foto daerah tertentu yang bertampalan disusun menjadi satu lembar foto. Manfaat mozaik : memperoleh gambaran umum atas daerah penelitian sebelum dilakukan interpretasi citra secara rinci, menempatkan titik-titik kontrol tepi, merencanakan jalur lintas dan menyediakan peta bagi daerah yang belum ada petanya.
d.      Orientasi medan (bila mungkin).Dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan/ obyek yang diinterpretasi sulit dikenali pada foto.
5.      Interpretasi data (uji lapangan dan interpretasi ulang).
a.       Interpretasi Secara Digital > dasarnya berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya.
b.      Interpretasi Secara Visual
                                                                                              i.      Vink (1965 )
Deteksi > identifikasi dan pengenalan > analisis > deduksi > klasifikasi > idealisasi
                                                                                            ii.      Lo (1976)
Deteksi > merumuskan identitas obyek dan elemen > mencari arti melalui proses analisis dan deduksi > klasifikasi > teorisasi
                                                                                          iii.      Roscoe(1960)
Interpretasi awal > pembuatan peta kerja >  pekerjaan medan > tinjauan kembali atas masalah dan metode > interpretasi akhir > kesimpulan dan uji medan > penyajian hasil.
                                                                                          iv.      Umali(1983)
Analisis citra > interpretasi citra > interpretasi disipliner terinci
                                                                                            v.      Estes et al
Analisis citra > cara manual dan digital > analisis > teknik dan data bantu > unsure
6.      Penyajian laporan
a.       Penelitian murni > analisisnya pada bidang penginderaan jauh
·         Mengkaji korelasi spektral data tunggal (data digital maupun visual) > korelasi sifat spektral tanah dan ujudnya pada citra
·         Mengkaji korelasi spektral pada data multispektral (foto multispektral, citra multispektral/ data digital) >  penyajian laporan tidak harus berupa peta
b.      Penelitian terapan >  penginderaan jauh membantu dalam perolehan data dan analisis spasialnya. Misalnya untuk pertanian, geologi.
7.      Uji ketelitian. Uji ketelitian sangan penting untuk dilaksanakan. Ketelitian data hasil interpretasi sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan analisa terhadap data tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk uji ketelitian dalam analisis digital data penginderaan jauh adalah dengan menggunakan komputer, cara lain yang dapat pula digunakan pada analisis manual atau visual data penginderaan jauh yaitu dengan mengubah pixel menjadi grid / petak-petak bujur sangkar atau menjadi luas bagi masing-masing kelas hasil interpretasi.

Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto dan atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut (estes, 1975 dan Sutarto, 1979). Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu :
·         Deteksi
·         Identifikasi
·         Analisis
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam : geografi, geologi, lingkungan hidup, dsb. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.
Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.





Sumber :

Adosi, J.J., 2007,Seasonal Variation of Carbon Dioxide, Rainfall, NDVI, and it’s Association to Land Degradation,Climate and Land Degradation.  Springer: Heidelberg
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo: Jakarta

Rees. 2001. Physical Principles of Remote Sensing. Second Edition, Cambidge University Press: Cambridge

Artikel Terkait

Previous
Next Post »