POMADE

5/26/2016 09:26:00 PM 0

Perkembangan jaman melingkupi segala macam aspek di dalam kehidupan manusia. Mulai dari hal yang primer hingga hal-hal tersier pun tak lepas dari pengaruh kemajuan teknologi dan asimilasi dari pertukaran kultur masyarakat dunia. Pertukaran nilai kultur yang disebabkan oleh globalisasi turut andil dalam trend di tengah masyarakat, mulai dari jenis makanan, bentuk bangunan, bahkan merambah hingga gaya hidup masyarakat Indonesia. Globalisasi pun tidak hanya membawa pertukaran nilai kultur tetapi juga masuknya produk-produk luar negeri ke Indonesia. Hal tersebut menyebabkan timbulnya perilaku baru di masyarakat yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan. Salah satu hal tersebut adalah Pomade.
Pomade adalah salah satu varian dari minyak rambut. Varian minyak rambut meliputi minyak, gel, pomade, dan krim. Keempat hal tersebut adalah produk yang berbeda dan penggunaannya juga berbeda. Meskipun memiliki fungsi yang sama – untuk mengatur penataan rambut – namun cara penggunaan dan faktor penggunaannya pun berbeda. Pomade, dalam kategori ini, adalah varian produk yang tingkat penggunanya sedang  meningkat dalam waktu beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena varian produk pomade adalah varian yang dianggap paling versatile dalam mengatur penataan rambut. Produk pomade sendiri diperuntukan bagi kaum adam dan diklasifikasikan sebagai salah satu produk ketampanan pria. Pomade sudah ada sejak tahun 1900an di luar negeri, namun baru viral di Indonesia beberapa tahun terakhir. Pomade berbahan dasar minyak kelapa, lanolin, wax, dan parfum. Pomade membuat rambut tampak mengkilap, licin, rapi, lebat, dan tampak basah dan khas untuk gaya rambut rapi dan tersisir.
Kata pomade sendiri berasal dari bahasa Perancis Pommade yang bila dirujuk kembali berasal dari bahasa Latin Pomum yang berarti apel. Nama tersebut digunakan karena pada jaman dahulu salah satu bahan dasar dari pomade adalah apel yang sudah ditumbuk halus untuk menciptakan wangi buah-buahan. Namun, dewasa ini pomade sudah menggunakan bahan parfum dan tidak selalu wangi buah-buahan. Wangi pomade tersebut juga menjadi salah satu faktor mengapa kaum pria kerap menggunakannya.
Tidak seperti gel dan hairspray, pomade tidak bisa kering dan tahan lebih lama. Pomade bersifat berminyak dan lunak sehingga bisa bertahan meskipun terkena air atau dibilas hanya dengan air. Namun, pomade sangat mudah dihilangkan dengan bahan pembilas kuat seperti sampo dan sabun cuci piring meskipun di jaman modern ini sudah ada wax khusus pembilas pomade yang sangat praktis. Karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuk membersihkan pomade, produk pomade jaman sekarang lebih cenderung memproduksi water-based pomade dengan lebih sedikit kandungan lilin. Produk water-based akan lebih mudah dibersihkan/dibilas tetapi tidak memberikan tingkat fleksibilitas dan kekuatan cengkram yang kuat seperti oil-based pomade.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya ada dua jenis pomade yang beredar. Yang pertama adalah water-based pomade dan yang kedua adalah petroleum-based pomade atau yang lebih sering disebut oil-based pomade. Kedua jenis ini memiliki karateristik yang berbeda dan keduanya sama-sama dibutuhkan dalam situasi dan kondisi tertentu. Berikut adalah perbedaan water-based dan oil-based pomade:
Water-based pomade
Oil-based pomade
Bahan dasar air
Bahan dasar minyak
Mudah dibilas
Sulit dibilas
Fleksibilitas rendah
Fleksibilitas tinggi
Daya cengkram lemah (light hold)
Daya cengkram kuat (strong/firm hold)
Tabel 1.1 Perbedaan jenis pomade
Water-based pomade sangat cocok digunakan oleh orang yang aktifitasnya di dalam ruangan, terutama di ruangan yang dilengkapi dengan pendingin ruangan. Hal itu disebabkan karena sifat alami dari water-based pomade yang tidak terlalu kuat daya cengkramnya akan dibantu dengan suasana dingin yang menambahkan daya cengkram pada pomade. Sedangkan oil-based pomade sangat cocok digunakan oleh orang lapangan atau orang yang sering berada di luar ruangan. Cuaca yang tidak dapat diprediksi di alam akan sangat mempengaruhi pomade itu sendiri, apabila terlalu terik maka akan mengurangi daya cengkram dan apabila terlalu dingin akan menyebabkan rambut menjadi terlalu kaku.







Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan pomade. Hal tersebut akan sangat berpengaruh kepada kondisi rambut dan kulit kepada dan akan menentukan penampilan seseorang apakah akan semakin baik atau malah semakin buruk. Contohnya, orang yg memiliki kulit berminyak tidak disarankan menggunakan pomade yang bersifat berminyak karena akan menyebabkan kelebihan minyak di kulit kepada yang akan memperbanyak ketombe dan membuat rambut lebih mudah rontok. Hal-hal yang harus diperhatikan tersebut dapat dikategorikan seperti berikut:
1.      Scent/Wangi
Bau yang ada pada pomade, biasanya terbuat dari bahan dasar parfum(pomade modern) atau juga dapat ditemui bahan dasar tumbukan halus dari buah-buahan(pomade konvesional).
2.      Texture/Tekstur
Kasar atau halusnya pomade setelah diratakan di tangan. Walaupun tidak ada patokan yang tepat untuk baik tidaknya tekstur pomade, namun semua kembali kepada selera pengguna. Tekstur pomade modern cenderung halus karena berpengaruh kepada aplikasi di rambut (memudahkan aplikasi dan penataan rambut).
Berdasarkan beberapa hal yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pomade merupakan produk minyak rambut yang fungsi utamanya adalah untuk mengatur penataan rambut. Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, kini pomade memiliki lebih dari satu fungsi antara lain membuat rambut tampak basah alami dan memberikan wangi-wangi tertentu kepada rambut. Sehingga akan menambah ketertarikan bagi pengguna pomade itu sendiri.





Referensi:

Anonim. 2015. Pomades, Clay, & Waxes. dalam www.the-pomp-official.com. diakses pada Kamis, 26 Mei 2016
Anonim. 2015. Pomades, Gels, Waxes: What’s the Difference?. dalam www.pomades.com. diakses pada Kamis, 26 Mei 2016



Data dan Variabel

5/17/2016 07:54:00 AM 0
Statistik merupakan bentuk disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan data-data. Statistik identik dengan data yang diperoleh dari lapangan. Segala data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk menjadi suatu informasi yang berguna bagi suatu bahan perencanaan jika dikaitkan dengan bidang perencanaan. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharsimi Arikunto, 2002). Data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan skala pengukuran. Berdasarkan sifat, data dibagi menjadi data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Berdasarkan skala pengukurannya, data dibagi menjadi data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
Data berkaitan dengan variabel. Pada umumnya, variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jadi, dapat dikatakan bahwa data berasal dari variabel – variabel yang diukur dan dan diobservasi. Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukuran yang nantinya akan berkaitan dengan data. Berdasarkan skala pengukurannya dibagi menjadi variabel nominal, ordinal, interval, dan rasio yang akan menghasilkan tipe data yang sesuai dengan skala pengukuran yang ada pada variabel tersebut.
Data yang diperoleh dari hasil observasi dapat disajikan dalam berbagai macam bentuk. Salah satu bentuk penyajian data adalah tabel distribusi frekuensi. Tabel frekuensi dibuat untuk menyajikan data yang banyak dalam bentuk yang jelas dan baik. Ada empat jenis tabel frekuensi, yaitu tabel frekuensi data tunggal, tabel frekuensi data kelompok, tabel frekuensi kumulatif, dan tabel frekuensi relative atau persentase.

Bentuk penyajian data yang lain selain daripada tabel distribusi adalah dalam bentuk grafik. Grafik adalah suatu objek visualisasi dari data berbentuk tabel yang disajikan dalam bentuk gambar. Grafik memiliki kombinasi dari angka, huruf, simbol, dan gambar yang dilukiskan untuk memberikan suatu konsep penyampaian informasi data. Grafik dibagi menjadi empat jenis, yaitu histogram, poligon frekuensi, diagram lingkar (pie chart), dan ogive.
Histogram adalah penyajian distribusi frekuensi menggunakan gambar yang berbentuk batang tegak. Grafik ini memiliki sumbu X dan sumbu Y, biasanya sumbu X adalah nilai kelompok data dan sumbu Y adalah frekuensi data. Histogram tidak memiliki gaps (jarak) antar batang, ini menunjukan bahwa histogram biasanya adalah visualisasi dari jajaran dari berbagai kelompok angka. Di atas adalah contoh dari histogram. 
Selanjutnya adalah poligon frekuensi. Poligon frekuensi adalah cara lain dari penyajian data dalam bentuk lain, histogram berbentuk diagram batang tegak, sedangkan poligon frekuensi berbentuk garis yang merepresentasikan antar frekuensi. Poligon frekuensi biasanya merupakan garis-garis kaku yang menghubungkan antara satu frekuensi dengan frekuensi yang lain. Di atasadalah contoh dari poligon frekuensi. 
Berikutnya adalah diagram lingkaran dan ogive. Diagram lingkaran adalah jenis penyajian data yang berbentuk lingkaran dan seperti pie. Diagram ini memiliki 360 derajat yang pembagian datanya menggunakan persentase yang akan dihubungkan dengan jumlah derajat yang ada untuk merepresentasikan data tersebut. Berikut adalah contoh diagram lingkar. Berikutnya adalah ogive. Ogive disusun dari tabel distribusi frekuensi
kumulatif. Ogive mirip dengan poligon frekuensi, hanya saja ogive adalah garis yang lebih melengkung seperti kurva dan landai. Ada dua jenis ogive yaitu ogive positif dan ogive negatif.
Untuk data yang disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari, grafiknya berupa ogive positif, sedangkan untuk data yang disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari, grafiknya berupa ogive negatif. Berikut adalah contoh ogive positif dan negatif.






Sumber:

Hidayat, Anwar. Tanpa tahun. Pengertian Data & Variabel Penelitian. dalam www.statistikian.com. diakses pada Jumat, 19 Februari 2016.
Ubay. 2015. Grafik dan Jenis-Jenisnya. dalam www.seputarpendidikan.com. diakses pada Sabtu, 20 Februari 2016.


Ruang Lingkup Ilmu Statistik

Ruang Lingkup Ilmu Statistik

5/17/2016 07:49:00 AM 0
Ilmu Statistik adalah kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu. Tujuan dari statistic adalah untuk menjawab permasalahan dan membuktikan sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Fungsi yang dilakukan statistic adalah meringkas data sehingga data tersebut menghasilkan informasi yang mudah dimengerti.
Ruang lingkup statistik dibagi menjadi dua menurut cara pengolahan datanya, yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial (induktif). Lalu dibagi pula menurut bentuk parameternya menjadi Statistik Parametrik dan Statistik Non-Parametrik. Bentuk parameter statistic ini merupakan bagian dari Statistik Induktif.
Statistik deskriptif adalah fase statistic di mana hanya berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Statistik Inferensial atau induksi adalah fase statistic yang berhubungan dengan kondisi-kondisi dimana kesimpulan tentang karateristik populasi atau kelompok tersebut diambil apa adanya. Dari statistik induktif ini dibagi menurut bentuk parameternya menjadi statistik parametric dan non-parametrik. Statistic parametric adalah statistika untuk menganalisa data yang diambil dari populasi berdistribusi normal. Statistic parametric digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti mengenai sekelompok data yang menjadi sumber sampel. Adapun statistik non-parametrik adalah statistic untuk menganalisa data dari populasi yang bebas berdistribusi. Statistik non-parametrik dipakai apabila peneliti tidak mengetahui karateristik kelompok item yang menjadi sumber sampelnya.

Manfaat ilmu statistic untuk perencanaan wilayah dan kota adalah sebagai suatu alat bantu pengumpulan data, penilaian terhadap suatu data atau informasi, dan analisanya dapat menjadi dasar untuk rencana di masa yang akan datang. Ilmu statistic diperlukan dalam pembuktian data yang ada di lapangan dan menjadi informasi akurat  untuk proses perencanaan di masa depan. 
Manfaat dan Fungsi Statistika dalam Bidang PWK

Manfaat dan Fungsi Statistika dalam Bidang PWK

5/17/2016 07:48:00 AM 0
Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008:60) adalah proses mempersiapkan kegiatan2 secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan wilayah dan kota sendiri adalah suatu perencanaan yang dikhususkan untuk suatu wilayah atau regional dan perkotaan. Dalam implementasi dari ilmu perencanaan wilayah dan kota juga ditunjang oleh ilmu-ilmu lain yang salah satunya adalah ilmu statistika. Statistik memiliki keterkaitan dengan ilmu perencanaan wilayah dan kota.
Statistik berbeda dengan Statistika. Statistik adalah kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam table dan atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan (Sudjara, 1996). Adapun Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan (Sudjara,1996). Dasar teori dari ilmu statistik adalah probabilitas, matematika, dan spasial.
Demi perencanaan pembangunan yang strategis dan tepat sasaran, maka dibutuhkan kemampuan seorang perencana untuk menentukan skala prioritas di masa yang akan datang. Oleh karena itu, maka statistika berfungsi sebagai alat bantu bagi perencana untuk memprediksi segala perubahan-perubahan di masa depan. Keterkaitan statistik dalam bidang PWK berkaitan dengan pengolahan data agar menjadi informasi akurat yang dapat dianalisis lebih mudah untuk kepentingan di masa mendatang. Dengan menggunakan ilmu statistik akan dapat dianalisis mengenai jumlah penduduk, hubungannya dengan kebutuhan dan persediaan pangan, hubungan dengan konsep spasial dan tata ruang, sampai kepada kebutuhan infrastruktur yang ada pada suatu wilayah tertentu.
Ilmu statistika dalam bidang perencanaan wilayah dan kota bermanfaat sebagai suatu alat bantu pengumpulan data, penilaian terhadap suatu data atau informasi, dan analisanya dapat menjadi dasar untuk rencana di masa yang akan datang. Dalam tujuan mendapatkan suatu hasil perencanaan yang sesuai, maka bahan-bahan yang berupa informasi yang ada pada saat ini sangat dibutuhkan dan salah satu cara memperolehnya adalah menggunakan statistika. Oleh karena itu, ilmu statistik erat kaitannya dengan bidang PWK.

 



Sumber :

Usman, Husaini. 2011. Manajemen : teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pemukiman di Lokasi Castellfolit de La Roca, Spanyol

5/17/2016 07:41:00 AM 0


KOMENTAR :
Pemukiman ini bernama Castellfolit de la Roca dan berlokasi di Spanyol. Pemukiman ini dikelilingi oleh pertemuan antara sungai Fluvia dan Toronell. Lokasi pemukiman ini bersebelahan dengan tebing basal dengan tinggi 50 meter dan memiliki panjang hinggal 1 kilometer.
Posisi pemukiman ini sangat tidak aman karena tepat bersebelahan dengan tebing dengan tinggi 50 meter karena tebing tersebut sewaktu-waktu dapat longsor dan menyebabkan kerusakan yang sangat parah bagi pemukiman tersebut. Lokasi ini juga sangat rawan bagi para penduduk di pemukiman tersebut karena harus sangat berhati-hati dalam beraktifitas agar tidak terpeleset dan jatuh ke bawah tebing.

Menurut saya, seharusnya pihak pemerintah Spanyol merelokasi pemukiman ini ke tempat yang lebih aman. Bisa dicari tempat yang lebih datar dan tidak dekat dengan tebing untuk menghindari longsoran terjadi. Solusi yang lain adalah warga di pemukiman tersebut membuat sarana dan prasarana infrastruktur yang memadahi untuk dapat menunjang aktifitas mereka sehari-hari seperti jalan yang di pagari dan penyangga bagi tebing itu sendiri.

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

5/17/2016 07:36:00 AM 0
Penginderaan jauh atau biasa disebut inderaja didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Variasi spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi yang saling melengkapi. Sebaran bentukan garis lurus yang membentuk jalur-jalur memberikan informasi terdapatnya suatu aktifitas dilokasi tersebut. Bentukan-bentukan teratur yang menyerupai rumah menambah informasi bahwa lokasi tersebut juga menjadi tempat tinggal. Dua informasi tersebut berasal dari adanya variasi spasial obyek pada citra. Warna merah kecoklatan memperjelas pembedaan kumpulan obyek rumah dengan lokasi lahan bertutupan vegetasi yang berwarna hijau. Tambahan informasi ini berasal dari adanya variasi spektral yang dapat secara detil menambah akurasi identifikasi obyek. Perubahan jumlah obyek pada satu lokasi yang terdapat pada dua atau lebih citra akan memberikan informasi tentang pertumbuhan fenomena di lokasi tersebut. Informasi pada suatu lokasi yang sama dari dua citra yang berbeda waktu perekamannya memberikan informasi multi temporal. Informasi multi temporal ini sangat bermanfaat dalam menganalisis perubahan fenomena yang terjadi pada rentang waktu tertentu di lokasi tersebut.

Perjalanan energi dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut :

Perjalanan energi tersebut membawa informasi dari muka bumi pada data citra yang siap digunakan untuk berbagai keperluan. Secara singkat beberapa subsistem penting dalam penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai berikut :
1.    Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang dipancarkan.
2.    Radiasi dan atmosfer, Sebagai perjalanan energi dari sumber ke target.
3.    Interaksi energi dengan Target
4.    Perekaman energi oleh sensor
5.    Transmisi energi dari sumber ke sensor
6.    Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7.    Aplikasi
Satelit penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet (Elachi, 2006).
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan (Lang,2008).
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital.
Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut :
-                   Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
-                   Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010; Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).

Metode Penginderaan Jauh

Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah design menyeluruh untuk meyelesaikan masalah penelitian. Di samping metode penelitian ada teknik  penelitian, yaitu alat khusus untuk melaksanakan metode, dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Pada analisis penginderaan  jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan teknik analisis fotomorfik. Metode Penginderaan jauh meliputi tujuh tahap :
1.      Perumusan masalah dan tujuan. Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan landasan bagi perumusantujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut terkadang permasalahanyang terjadi dirumuskan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dikurangi dengan apayang telah ada.
2.      Evaluasi kemampuan. Penilaian terhadap kemampuan menyangkut kemampuan pelaksana, tim, alat dan perlengkapan, dana, waktu. Antara tujuan dan kamampuan harus sesuai.
3.      Pemilihan prosedur untuk memilih cara kerja yang baik perlu diketahui tentang permasalahan yang adaserta tujuan dan kemampuan yang tersedia. Untuk itu dapat kita gunakan teknik  penginderaan jauh untuk memeperkecil biaya dan waktu pelaksanaan.
4.      Persiapan
a.       Menyiapkan data acuan (data yang diperlukan dalam interpretasi citra tetapi bukan berasal dari citra penginderaan jauh > monografi daerah, laporan penelitian, makalah, buku dan peta).
b.      Menyiapkan data penginderaan jauh (data hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan > citra foto, nonfoto atau data numerik harus disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan).Contoh : data berupa citra, maka metode yang dipakai adalah analisis visual/ manual, untuk data numerik metode analisisnya adalah analisis digital dengan menggunakankomputer. Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan data penginderaan jauh :
·         pembuatan peta indeks > menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomernya.
·         penentuan orientasi.
·         penghitungan skala.
·         penyusunan dalam simpanan.
c.       Menyiapkan mozaik > serangkaian foto daerah tertentu yang bertampalan disusun menjadi satu lembar foto. Manfaat mozaik : memperoleh gambaran umum atas daerah penelitian sebelum dilakukan interpretasi citra secara rinci, menempatkan titik-titik kontrol tepi, merencanakan jalur lintas dan menyediakan peta bagi daerah yang belum ada petanya.
d.      Orientasi medan (bila mungkin).Dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan/ obyek yang diinterpretasi sulit dikenali pada foto.
5.      Interpretasi data (uji lapangan dan interpretasi ulang).
a.       Interpretasi Secara Digital > dasarnya berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya.
b.      Interpretasi Secara Visual
                                                                                              i.      Vink (1965 )
Deteksi > identifikasi dan pengenalan > analisis > deduksi > klasifikasi > idealisasi
                                                                                            ii.      Lo (1976)
Deteksi > merumuskan identitas obyek dan elemen > mencari arti melalui proses analisis dan deduksi > klasifikasi > teorisasi
                                                                                          iii.      Roscoe(1960)
Interpretasi awal > pembuatan peta kerja >  pekerjaan medan > tinjauan kembali atas masalah dan metode > interpretasi akhir > kesimpulan dan uji medan > penyajian hasil.
                                                                                          iv.      Umali(1983)
Analisis citra > interpretasi citra > interpretasi disipliner terinci
                                                                                            v.      Estes et al
Analisis citra > cara manual dan digital > analisis > teknik dan data bantu > unsure
6.      Penyajian laporan
a.       Penelitian murni > analisisnya pada bidang penginderaan jauh
·         Mengkaji korelasi spektral data tunggal (data digital maupun visual) > korelasi sifat spektral tanah dan ujudnya pada citra
·         Mengkaji korelasi spektral pada data multispektral (foto multispektral, citra multispektral/ data digital) >  penyajian laporan tidak harus berupa peta
b.      Penelitian terapan >  penginderaan jauh membantu dalam perolehan data dan analisis spasialnya. Misalnya untuk pertanian, geologi.
7.      Uji ketelitian. Uji ketelitian sangan penting untuk dilaksanakan. Ketelitian data hasil interpretasi sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan analisa terhadap data tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk uji ketelitian dalam analisis digital data penginderaan jauh adalah dengan menggunakan komputer, cara lain yang dapat pula digunakan pada analisis manual atau visual data penginderaan jauh yaitu dengan mengubah pixel menjadi grid / petak-petak bujur sangkar atau menjadi luas bagi masing-masing kelas hasil interpretasi.

Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto dan atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut (estes, 1975 dan Sutarto, 1979). Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu :
·         Deteksi
·         Identifikasi
·         Analisis
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam : geografi, geologi, lingkungan hidup, dsb. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.
Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.





Sumber :

Adosi, J.J., 2007,Seasonal Variation of Carbon Dioxide, Rainfall, NDVI, and it’s Association to Land Degradation,Climate and Land Degradation.  Springer: Heidelberg
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo: Jakarta

Rees. 2001. Physical Principles of Remote Sensing. Second Edition, Cambidge University Press: Cambridge